Watak Pendidikan Bangsa
Hasbullah
Mahasiswa Program Doktor UIN Fatmawati Sukarno
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Nilai-nilai dasar dari pendidikan terletak pada terjadinya pencerahan dalam gaya berfikir dan baiknya dalam budi pekerti. Sejatinya kebanyakan manusia itu suka berfikir untuk kebaikan, melihat kebenaran, mendengar kabar kebahagiaan dan berprilaku sesuai dengan norma. Disinilah pendidikan itu memberikan pelurusan-pelurusan atas semua pola tindak dan fikir dari manusia. Maka sudah semestinya apapun bentuk pendidikan harus mengutama terbentuknya kesantunan pemikiran dan kesantunan prilaku.
Realita yang tidak dapat dipungkiri hari ini, bahwa ketinggian pengetahuan dan banyak gelar atas keilmuan belum sepenuhnya dapat menggelara kesantunan prilaku. Begitu banyak seorang guru besar misalnya menyampaikan narasi yang tidak sepatutnya disampaikan. Atau seorang anak muda yang secara gelar tidak diragukan, namun kesantutan katanya belum mampu menentramkan dan menenangkan keadaan. Kenyataan yang ada, keilmuan-keilmuan itu secara bersambung memiliki interprestasi sendiri-sendiri dengan akusi kebenaran tanpa mengutamakan nilai kebaikan. Sehingga terjadi namanya kesesatan dalam jalan yang benar, karena kepentingan dan egois dalam berfikir.
Ruang inilah yang juga harus diperhatikan hari ini, bahwa pendidikan itu tidak berhenti pada ruang formal saja melain selalu ada disetiap ruang dan waktu. Dapat kita lihat, bagaimana narasi lagu kebangsaan Indonesia Raya “Bangunlah Jiwa, Bangunlah Badannya”. Ini mengandung pesan cukup dalam untuk kehidupan di negeri yang kaya raya dan tidak dimiliki oleh negara manapun. Jikalah semua berangkat dari bersihnya jiwa, maka pendidikan ini akan melahirkan manusia yang tidak akan tega melihat orang lain kelaparan, terkukung dengan penderitaan, menjual kekuasaan dan merusak tatanan dan pola kehidupan.
Pendidikan yang berawal dari niat yang tulus dan ikhlas, akan melahirkan seroang pemimpinan yang taat pada agamanya dan tak akan menjualnya demi kepentingan dan kursi yang didudukinya. Tidak akan dengan mudah mengeluarkan kata-kata dan narasi yang menyakitkan saudara sebangasa, senegara terlebih seagama. Sebenarnya negara ini merdeka, bukan karena kekuatan fisiknya dan bukan karena kaya alat perangnya. Bangsa ini merdeka karena jiwa para pejuang bersih dari kepentingan dan bersih dari penyakit hati. Sehingga pendidikan menjadi nilai priotitas untuk pembenahan pola kehidupan bangsa ini.
Sesungguhnya pendidikan bangsa ini adalah pendidikan yang mengutamakan sikap-sikap sosial dengan mengedepankan serta didasakan pada penyuburan persaudana, semangat persatuan, menghormati perbedaan, tingginya semangat kerjasama, memupuk sikap toleransi, mengindahkan kerukunan, menghidupkan rasa cinta dan kasih sayang sesama manusia dan mewujudkan kesejahteraan manusia lahir dan batin. Sehingga butuh lembaga pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada capital atau profit semata. Maka bangsa ini membutuhkan konsep pendidikan yang menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta mengutamakan kemajuan bangsa.
Dengan melihat keprihatinan atas tampilan-tampilan produk pendidikan bangsa ini maka nilai kemanusia dan kemajuan bangsa harus menjadi agenda serta muatan penting dalam kurikulum, pendidik serta materi pembelajaran. Sesungguhnya bangsa ini telah banyak meninggalkan sejarah nilai pendidikan yang maju. Yaitu pendidikan yang saling memberikan penghormatan dan pengharagaan antara yang muda dan tua, pendidikan yang berpihak kepada orang miskin dan yatim, pendidikan yang tidak mudah merendahkan dan berprasangka buruk kepada sesama dan juga pendidikan yang menanamkan pentingnya berlomba dalam kebaikan dalam kehidupan.
Dari sini watak pendidikan bangsa ini, akan terlihat dan menjadi unggul (excellent). Keunggulan itu akan telihat dari adanya fasilitas untuk mengembangakan pola fikir serta pola sikap, percepatan adaptasi antara warga sekolah, menghidupkan suasana pluralitas, membangun sikap tanggung jawab dan kemandirian, menjaga perbedaan serta mengutakan kesatuan. Dengan keadaan bangsa yang terus kedatangan ujian, penuh dengan atraksi yang merusak budaya bangsa. Maka sudah semestinya para pemimpin bangsa ini menempatkan stekholder pendidikan pada ahlinya sehingga watak pendidikan bangsa kembali dan berjalan sebagaimana mestinya sebagaimana amanah UUD 1945 dan Pancasila.*
Tidak ada komentar: