Umat Islam: Kerukunan, Konflik dan Toleransi
Hasbullah |
Hasbulah
Dosen
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Mahasiswa
S3 UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu
Islam adalah
agama yang lahir dengan tujuan untuk menjadi rahmatan lil’alamin. Di mana Islam adalah agama yang hadir untuk
melahirkan ketenangan, kenyamanan bukan saja untuk pemeluknya, melainkan untuk
semua manusia. Islam dalam kegiatan (bermuamalah)
menghadirkan dan memberikan kebaikan-kebaikan untuk manusia, sebab sejatinya
Islam adalah agama yang memberikan keselamatan bukan saja di dunia melainkan di
akhirat. Karena bagi Islam kenikmatan yang besar adalah salah satunya
persaudaraan. Dari sinilah sejatinya
toleransi antar interal umat beragama sangat penting, untuk mewujudkan hidup yang
indah dan tenang dalam menjalankan praktik ibadah.
Bahwa, Islam
hari ini begitu banyak mengalami konflik di internal itu sendiri telah terjadi
setelah peninggalan nabi Muhammad saw. Jelaslnya bahwa konflik akan senantiasa
terjadi ketika terjadi interaksi antar satu individu dengan individulainnya,
kelompok dengan kelompok lainnya. Konflik itu terjadi karena adanya perebedaan.
Padahal dari perbedaan itu justru
terlihat corak dan keragaman pemahaman. Dilain sisi, harus difahami perbedaan
merupakan kejadian alamiah yang ada dan harus disikapi dengan bijak. Selain itu
perbedaan merupakan sunatullah.
Catatan
penting bahwa perbedaan itu juga harus dirawat dengan baik, jikalah tidaklah
maka dia akan menjadi satu konflik. Perbedaan harus dibaca, difahami dan
disikapi dengan baik sehingga perbedaan akan menjadi kehidupan justru jauh
lebih baik, indah dan beradaban. Maka perbedaan harus didiskusi, disertai
dengan pendapat yang sehat dan penuh kompetisi hal ini akan menghidupan
kebaikan dan harmonisasi dalam interaksi kemanusiaan.
Islam
memiliki kemajemukan. Kemajemukan itu dapat terlihat dari karakteristik ajaran
baik itu yang berkisar ibadah maqhdoh dan
ghoiru mahdoh. Sehingga akan terlihat perbedaan jelas dan itu sebenarnya
adalah nilai dari keIslaman itu sendiri, karena perbedaan adalah fitrah. Karakteristik
umat, Islam sudah dipastikan memiliki berbagai umat yang berkelompok-kelompok
karena umat Islam hari ini generasi umat hari ini adalah generasi pewaris.
Sehingga dalam proses pengamalan muamalah dalam keIslamnya tentu akan umat akan
dipastikan berbeda dengan tujuan mewujudkan nilai-nilai Islam yang sebenarnya.
Kemajemukan
itu sendiri juga terlihat dari
simbol-simbol keagamaan, bagaimana bentuk celana, sarung, peci dan lain
sebagainya akan berbeda yang ini sebenarnya merupakan alat dakwah Islam itu
sendiri. Simbol-simbol agama merupakan alat dakwah Islam yang kadang tidak
disadari oleh mereka yang memakainya. Sebenernya simbol merupakan spionase dari
perilaku kita agar terus dalam prilaku kebaikan (akhlakul karimah).
Konflik dalam
Kerukunan
Konflik-konflik
ini terjadi banyak berbagai latar belakang. Pertama,
adanya ambisi kekuasaan. Sejauh ini bisa dilihat bahwa tampuk pimpinan
menjadi awal dari konlfik yang ada. Begitu
banyak tokoh Islam hari ini berganti profesi untuk menjadi juru bicara
kekuasaan dan memperjuangkan kekuasaan. Kekuasaan itu juga penting, tetapi
kekuasaan bukan untuk merusak agama melainkan untuk memperkokoh agama dalam hal
Islam. kehidupan Islam sudah semestinya menjadi bagian penting dalam kekuasaan.
Sehingga kebijakan kehidupan hadir dalam setiap pergulatan perbedaan, sebab
semua yang ada dalam Islam saling berkaitan. Karena hari ini kekuasaan begitu
banyak saling menjatuhkan, merusak, menghina, membunuh baik itu karakter maupun
fisik. Karena kadang kekuasaan akan menjadikan alasan untuk menindas orang atau
kelompok tertentu yang akhirnya terjadi konflik antar internal umat beragama dan salah satu adalah Islam.
Kedua, perbedaan faham.
Sebenarnya perbedaan ini dimulai dari dangkalnya pengetahuan dan malasnya untuk
belajar. Hal ini akan berdampak pada penerimaan atas perbedaan. Untuk
menghilangkan perdaan faham ini kirinya setiap umat Islam harus menghindari
egoisme pemahaman, memperkecil perbedaan serta memperjuangkan kesaamaan. Maka
tokoh hari ini sudah semestinya hadir memberikan pencerahan dalam perbedaan dan
pencerdasan dalam kedangkalan pengetahuan. Islam membutuhkan tokoh-tokoh yang
egaliter dan humble, untuk mampu melahirkan kebijakan dalam menyelesaikan
segala bentuk perbedaan faham.
Ketiga, fanatik mazhab. Setimen
tokoh, keilmuan dan guru juga menjadi awal dari konflik. Keawaman pengetahuan
menjadi sumber fanatik mazhab. Perbedaan dalam fiqih atau memahami agama ini
setelah juga di contohkan oleh empat imam mazhab yang tidak pernah mengunggulan
dari pendapat dirinya sendiri. Tapi tidak ada kesalahan untuk menjadikan satu
mazahab sebagai satu landasan dalam melaksanakan ibadah. Dalam tafsir lain bahwa bagaimana mazhab itu mampu menjadikan saling menguatkan dan
mengingatkan dari kehidupan beragama dan bermasyarakat. Karena Islam ini adalah
agama yang mudah, namun bukan untuk dimudah-mudahkan. Islam ini tidak ada yang
berat, namun yang berat itu karena Islam dijalankan dengan tidak menggunakan ilmu.
Melahirkan Tolerasi Dalam Islam
Kesadaran
dalam diri setiap umat Islam akan adanya perbedaan dan keragaman dalam pendapat
merupakan suatu keniscayaan yang seyogyanya harus dinikmati, dalam arti
diterima dan dihadapi. Walaupun juga tidak dapat dihindari adanya perdebatan
dalam perbedaan itu sendiri, baik secara individu amupun kelompok. Jika melihat
dan memahami ayat Al Qs. Al Hujrat 13,
yang bicara tentang keragaman dan perbedaan yang itu semua harus dikenal bukan
disatukan. Namun di dalamnya diintruksikan agar manusia memberikan dan menebar kasih sayang
serta mendahulukan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
Oleh
karenanya, Islam harus dijadikan sebagai sumber moral harus dihadirkan dan
kuatkan oleh umatnya. Karena agama harus menjadi pengendalian proses kehidupan,
penembar kedamaian dan perangkai keharmonisan. Sehingga tolerasni akan hadir
dalam Islam jika pandangan dalam memahami perbedaan tidak sempit, tidak keras
dalam menyampaikan pendapat dan tidak melampaui batas dalam menafsirkan
perbedaan, akhirnya membenarkan tafsir yang lahiri dari diri sendiri dan
menyalahkan tafsir orang lain.
Jangan sampai
Islam merupakan umat yang mayoritas
dalam pengikut, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk untuk terus berjuang nilai
persoalan kemanusiaan dan mudah dipecah belah. Hadirkan kerukanan dan wujudakan
Islam yang rahmatan lil’alamin. Akhirnya
mari kita semua mengurus dan merawat umat ini dengan bingkai perbedaan dengan
cara mengurus umat ini dengan baik dan benar. *
Tidak ada komentar: